![]() |
Kapolda Aceh, Irjen Pol Husein Hamidi memperlihatkan barang bukti senjata api dan amunisi yang berhasil disita dari kelompok Din Minimi di kawasan Aceh Utara, Aceh Besar dan Pidie. |
Hal itu diketahui dari beberapa kartu identitas milik Din Minimi yang ditemukan tim gabungan dari aparat TNI/Polri, Selasa (26/5/2015) pasca terjadi kontak tembak di areal perbukitan Gampong Geuni, Kecamatan Tangse, Pidie.
Berdasarkan pengamatan visual serambinews.com pada salah satu kartu yang ditemukan aparat keamanan, bagian paling atas tertera nama Manulife Financial.
Di bawahnya, tertulis beberapa identitas lain, yakni; nama perusahaan PT Asia Forestama Raya dengan nomor polis asuransi 9960000602 dengan nama peserta Nurdin Ismail. Tanggal Lahir tercatat 1 Oktober 1970.
Selain itu, juga tertulis, "Mulai Asuransi: 6 April 1999". "Jenis Asuransi: Rumah Sakit dan Pembedahan".
Selain satu kartu Peserta Jamsostek juga tertulis atas nama Nurdin Ismail. Tetapi dengan tanggal lahir yang berbeda, yakni 02-01-78. Sementara pada Kartu Tanda Penduduk tercatat Din Minimi atau Nurdin Ismail lahir di Ladang Baro, 10-08-1979.
Sejauh ini belum terkonfirmasi keakuratan data yang tertera pada kartu asuransi yang ditemukan pascakontak tembak tadi siang.
Pada kartu intentitas milik Din Minimi itu terdapat goresan darah yang diyakini bekas luka tembak.
Din Minimi, sosok yang paling dicari aparat keamanan di Aceh saat ini, tiba-tiba angkat bicara soal perburuan oleh TNI/Polri. Din mengaku 4 pria yang tewas hasil perburuan itu adalah anggotanya. Wartawan Serambi berkesempatan mewawancarai pria bernama lengkap Nurdin bin Ismail Amat ini.
Berikut penggalan wawancara bersama Din Minimi:
Apa yang Anda rasakan tiap kali terjadi kontak tembak?
Saya sedih, karena saya tidak melawan TNI/Polri. Tapi kalau sudah seperti ini saya pun bakal melawan, di mana dapat, akan saya tembak. Kalau selama ini saya menghindar karena saya tak punya urusan dengan TNI/Polri, tapi kalau sekarang di mana pun saya jumpa mereka akan saya tembak. Mungkin suatu saat pos-posnya pun akan saya serang.
Apa tujuan Anda mengangkat senjata di masa damai ini?
Tujuan saya untuk menuntut hak masyarakat Aceh, kesejahteraan bagi mantan kombatan, fakir miskin, anak yatim, dan janda korban konflik, serta turunan UUPA dalam bingkai MoU Helsinki harus segera diselesaikan. Semua itu demi keadilan. Perjuangan GAM dulu untuk kesejahteraan masyarakat Aceh. Saat ini masyarakat Aceh dilanda kemiskinan. Lihatlah yang kaya makin kaya. Sepuluh tahun sudah perdamaian Aceh, tapi tidak ada bukti yang memihak rakyat. Kalau seperti ini, musibah juga terus terjadi, tidak ada artinya perdamaian.
Kalau tuntutan saya ini tidak ditanggapi Pemerintah Aceh, Gubernur dan Wakil Gubernur, juga DPR Aceh, maka saya akan terus bertindak menuntut keadilan.
Kalau tuntutan sudah terpenuhi, Anda akan menyerahkan diri?
Menurut saya, kalau belum ada kesejahteraan bagi masyarakat Aceh saya tidak akan menyerahkan diri. Tapi, kalau Pemerintah Aceh sudah komit menyelesaikan dan merealisasikan sesuai tuntutan saya, maka saya siap menyerahkan diri dalam bingkai NKRI. Tapi kalau Pemerintah Aceh tidak komit menyelesaikannya, maka sampai titik darah penghabisan pun saya tetap bertahan memperjuangkan tuntutan saya.
Meskipun saat itu Anda tinggal sendirian?
Ya, meskipun saya tinggal sendiri.
Sampai saat ini berapa anggota Anda yang meninggal akibat kontak tembak?
Sudah empat orang, yaitu Yusliadi, Marzuki, Ibrahim, dan M Rizal. Kami yang tersisa ini tetap akan berjuang sampai habis umur, kecuali sudah mati.
Dalam beberapa kali kontak tembak apakah Anda ada ikut serta?
Saya ada ikut. Yang saya tidak ikut cuma pada waktu pengejaran dan penembakan Komeng dan Tgk Plang (di Desa Limpok, Aceh Besar red).
Apakah Anda yang eksekusi dua TNI di Nisam Antara, Maret lalu?
Bukan, Abu Radak yang menembak TNI itu. Abu Radak sudah ditangkap, tapi kenapa didiamkan, tidak ditampakkan ke media? Orang dia yang eksekusi TNI, tapi kenapa kami terus yang dikejar-kejar? Apakah mau lanjut terus konflik di Aceh? Kalau mau lanjut, saya beserta anggota saya siap sampai titik darah penghabisan.
Panglima TNI Moeldoko mengimbau kelompok bersenjata di Aceh menyerahkan diri. Kapan Anda akan menyerah?
Saya mau menyerah apabila Pemerintah Aceh berkomitmen untuk menyelesaikan semua tuntutan saya. Tapi kalau belum, saya tidak mau menyerah, karena saya tidak ada salah pada TNI dan Polri.
No comments: