Serdadu Repoblik Indonesia Kembali Salah TembaK’ Din Minimi Berbicara Atas Nama MoU Helsinki
Pengikut Din Minimi juga dianggap kriminal oleh pihak Militer atau TNI/Polri,sedangkan Din Minimi berbontak karena tidak adanya keadilan di Aceh setelah 9 tahun perdamaian RI/GAM.
Din Minimi juga sebagaian Dari mantan Kombatan GAM yang tidak mendapat perhatian dari Pemimpin-pemimpin GAM atau Elit GAM.
Dalam setiap pernyataan Din Minimi selalu diutamakan untuk kesejahtraan masyarakat dan mantan kombatan yang realitasnya memang seperti pernyataan- pernyataan yang pernah dipamerkan oleh Din Minimi di media- media eretonik dan Cetak.
Kalau terus menurus Din Minimi dicari dan diaggap musuk negara berati belum siap oleh Indonesia terima kritikan atas ketidak adilan diBumi Hindia Belanda.
Din Minimi juga berbicara atas nama MoU Helsinki, 9 tahun perdamaian MoU tidak berjalan seperti dalam perjanjian damai yang sudah disepakati oleh kedua pihak RI/GAM.
Kalau berbica atas nama MoU sudah diaggap kelompok Din Minimi berati MoU akan jadi sejarah Lamte kedua untuk pembicaraan oleh anak generasi kita dimasa memdatang.
Ini perlu perhatian oleh semua elemen masyarakat dan Elit-elit GAM untuk menyelesaikan perkara Mantan kombatan dan perlu diberi perhatian kepada mantan TNA, perlu dibentu lapangan kerja dan usaha – usaha untuk mareka boleh hidup mandiri hingga tidak terjadinya hal – hal kriminal yang tidak kita ingikan di dalam masyarakat.
CERITA IBRAHIM YUSUF. Polisi kembali salah tembak orang, mereka berdalih bahwa korban adalah penunjuk jalan, dari mana mereka tau ?
orangnya sudah duluan ditembak abang saya itu bukan anggota GAM, juga bukan anggota Din Minimi.
Setiap hari dia ada di rumah. Kami orang miskin,” tutur Asiah sambil berlinang air mata.
Dia mengaku, pada malam hari abangnya itu sering ke luar dari rumah memasang senter di jidat, dilekatkan dengan tali, lalu pergi ke sawah mencari tikus yang mengganggu tanaman semangkanya.
Sedangkan kegitan rutin yang dia geluti setiap pagi mencari jerami untuk diletakkan di dekat tanaman semangka.
Lalu sore hari ia mengurus tanaman kacang ijo. Kalau ada pesanan roti, malamnya Ibrahimmembuat roti.
BACA JUGA :Tewas Tertembak, Ibrahim Yusuf Bukan Komplotan Din Minimi
Begitulah pekerjaan rutin harian yang dilakoni Ibrahim.Ke mana-mana naik sepeda motor jenis Astrea lama.
“Jadi, sangat tidak mungkin abang saya terlibat kelompok bersenjata,” tegas Nur Asiah.
Ibrahim adalah anak keenam dari delapan bersaudara, pasangan almarhum M Yusuf dan almarhumah Nyak Bunthok.
“Kami asli dari Ceurih Blang Mee, kedua orang tua kami sudah tiada,” jelas Nur Asiah, adik bungsu Ibrahim.
Sementara itu, istri Ibrahim bernama, Junilawati (30), beberapa kali pingsan.
Saat Serambi berkunjung, ia belum sadarkan diri. Istri Ibrahim mulanya ke rumah sakit untuk memastikan bahwa jasad itu benar suaminya. Setelah pasti, ia kembali ke rumah.
Setiba di rumah, ia pun ambruk.Sampai pukul 12.00 WIB kemarin, pemulangan jenazah Ibrahim bin Yusuf dari rumah sakit masih diproses.
Sedangkan pihak keluarga sudah mempersiapkan tempat pemakaman di desa itu.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Serambi dari sumber lainnya, keberadaan Ibrahim pada saat kontak itu kemungkinan sebagai salah satu penunjuk jalan.
Namun, ia terperangkap karena lokasi itu sudah dikepung aparat bersenjata.Begitulah sekilah kisah Ibrahim, putra asli Ceurih Blang Mee.
Kini tinggallah empat anaknya menjadi yatim, saat tanaman semangka dan kacang hijaunya mulai berbuah.
‘Sementara itu, Abdullah, Keuchik Gintong, Kecamatan Grong-Grong, lokasi terjadi kontak tembak, mengaku pascainsiden itu warganya takut ke hutan mencari pelepah rumbia.
Padahal, sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah membuat atap dari daun rumbia.
Pemasarannya sampai ke Beureuenun dan Aceh Timur. Biasanya agen datang untuk membeliatap rumbia tersebut.
“Tapi kini warga tak berani lagi ke kebun karena khawatir terjebak dalam kontak tembak,” ujar Keuchik Abdullah. Sumber :aceh.tribunnews
No comments: